Baterai adalah nyawa untuk
ponsel itu sendiri, sehingga sangat penting untuk menjaganya agar tetap bisa
menyuplai asupan energi beragam sistem di ponsel. Wajar jika memang umurnya
sudah tua, kita butuh batrai baru. Biasanya, batrai ponsel bisa bertahan hingga
5 tahun. Namun, yang sering terjadi, batrai rusak terlalu dini alias belum lama
sejak kita membelinya. Kita sudah mengisi full 100 % tapi belum ada 15 menit
sudah habis. Belum ada 6 bulan batrai sudah soak dan kita perlu membawa charge
kemana-mana. Yah, agak menjengkelkan. Kualitas batrai jelek bisa menjadi salah
satu alasan terbesar kenapa batrai baru sudah gampang habis atau menggembung.
Meski begitu, alasan lain yang juga bisa membuat batrai cepat habis adalah dari
kebiasaan-kebiasaan tidak ramah batrai yang kita lakukan namun tidak kita
sadari.
Seperti yang kita lihat, kebanyakan
smartphone saat ini menggunakan batrai tanam alias non-removable. Ini disebabkan karena batrai tanam mendukung tampilan
yang minimalis untuk design ponsel
dan juga untuk mencegah berbagai kerusakan akibat terus menerus mencopot-pasang
batrai. Hanya saja, saat batrai mengalami kerusakan seperti menggembung ,
batrai cepat habis, atau bahkan hanya bisa digunakan saat dicharge, maka kita
akan ribet untuk memperbaikinya. Jika dibatrai removable alias bisa lepas-pasang, kita bisa dengan mudah mencopot
batrai yang rusak dan menggantinya. Tetapi di batrai tanam, kita tidak hanya
perlu membeli batrai baru tetapi juga perlu ke tempat service hp karena hanya
ahlinya yang bisa mencopot dan mengganti batrai tanam. Ini tentu membutuhkan
biya lebih banyak dan agak ribet tentunya. Untuk itu, sebelum batrai ponsel
kita bermasalah terlalu dini, maka beberapa upaya berikut bisa kita lakukan.
Gunakan
Charger yang asli
Saat membeli sebuah ponsel
baru biasanya akan disertakan dengan asesorisnya termasuk charge. Nah, ini
adalah charge asli yang cocok digunakan untuk ponsel tersebut. Hanya saja,
karena alasan tertentu, charger ini bisa saja rusak atau hilang, jadi kita
membeli charge baru atau ada juga yang menggunakan charger lain.
Sebisa mungkin usahakan
untuk membeli charge aslinya, karena menggunakan merk lain, tanpa merek, atau
bahkan charge kw belum tentu bisa cocok untuk mengisi batrai di ponsel kita.
Meskipun kadang kita bisa mendapatkan yang pas dengan ponsel kita, namun
kebanyakan banyak yang tidak cocok. Jadi, inti sebenarnya adalah menghindari
charge yang tidak cocok dengan ponsel kita. Adapun tanda charge tidak cocok
adalah hp menjadi panas saat di cas, pengisian daya yang sangat lama, dan
batrai cepat habis saat digunakan. Jika charge ini tetap dipakai, maka
resikonya tidak hanya merusak kesehatan batrai, tetapi juga bisa merusak ponsel
itu sendiri. Tidak jarang hp meledak karena overheating.
Hindari
Batrai LowBat 0 %
Dulu ada anggapan bahwa
kita harus mengecas ketika batrai benar-benar sudah habis. Saat itu kebanyakan
batrai ponsel masih bertipe Ni-Cd atau Ni-mh dimana memang kita lebih baik menghabiskan
isi batrai terlebih dahulu sebelum di cas lagi. Namun, sekarang, kebanyakan
ponsel menggunakan batrai tipe Lithium-ion yang mampu mengisi daya dengan cepat
dan bertahan lebih lama. Kita juga tidak perlu mengosongkan daya sepenuhnya
sebelum mengisi daya lagi.
Saat kita mengisi daya
saat ponsel mati total atau 0 %, maka batrai bekerja lebih ekstra dibanding
batrai yang diisi diatas 20 %. Batrai
beroperasi dengan tegangan lebih tinggi, panas, dan lama sehingga bisa
mengurangi performa dan usia batrai. Sementara, tegangan tetap konstan dan
rendah disaat kita mengisi daya di kisaran 20 hingga 50 %.
Sejatinya, kita
mendapatkan notifikasi pengisian daya saat batrai sekitar 20%. Ini ternyata
bukan tanpa maksud karena seperti yang disebutkan sebelumya, mengisi daya di
kondisi tersebut bisa meningkatkan daya tahan batrai. Namun kita kadang terlalu
malas untuk mengecas atau mungkin memang tidak peduli sehingga akhirnya batrai
benar-benar habis.
Hindari
Mengisi Daya terlalu lama/OverCharging
Kebiasaan yang sering kita
lakukan adalah mengecas hp sebelum tidur sampai pagi hari agar begitu bangun
batrai sudah terisi penuh 100 %. Lalu, apakah kebiasaan ini bisa mempengaruhi
kesehatan batrai? Sebenarnya mengecas hp semalaman tidak begitu berpengaruh
besar pada kesehatan batrai, karena saat ini smartphone kebanyakan dilengkapi
dengan chip yang memutus daya secara otomatis jika batrai sudah penuh. Kebiasaan
ini cukup membuat batrai rusak untuk jenis ponsel yang tidak memiliki chip ini,
biasanya ponsel jadul atau keluaran lama. Tidak hanya performanya yang
berkurang, mengecas semalaman bisa membuat batrai menjadi menggembung, terlalu
panas, atau konslet.
Meskipun ponsel kamu bisa
memutuskan daya secara otomatis, namun tetap saja kebiasaan mengecas semalaman
tidak disarankan dilakukan terlalu sering karena batrai tipe Lithium-ion cendrung
lebih awet jika di cas hingga 80 hingga 90 %.Voltase atau tegangan tetap rendah
jika di cas tidak sampai penuh sehingga batrai terhindar dari tegangan tinggi
yang berdampak buruk pada batrai. Selain itu, kita tidak pernah tau apakah
disaat kita tertidur ponsel dalam kondisi panas atau charger yang konslet.
Jadi, ada baiknya untuk mengurangi kebiasaan ini jika tidak terlalu penting.
Hindari Suhu Ekstrem
Suhu ekstrem, baik itu
panas maupun dingin sama-sama memiliki efek buruk bagi batrai ponsel. Suhu
panas adalah musuh bagi batrai Lithium-ion dimana batrai bisa mati atau bahkan
meledak jika terlalu panas. Karena itu, ada baiknya hindari menaruh ponsel di
sauna, bawah bantal, maupun di tempat panas lainnya. Begitu juga dengan suhu
dingin. Suhu terlalu dingin bisa membuat aliran elektron atau partikel kimia
dalam batrai menjadi lambat sehingga aliran listrik yang dialirkan ke ponsel
menjadi sedikit. jadi tidak heran jika batrai tiba-tiba habis ketika berada di suhu
dingin, namun saat berada di suhu normal batrai akan kembali ke semula secara
perlahan. Menurut Hanumant Singh, seorang insinyur listrik di Northeastern
University bahwa perangkat bisa mati dalam waktu sekitar 5 menit ketika terkena
suhu lebih dingin dari -35 derajat Fahreinheit.
Atur
Pengaturan di Ponsel
Selain beberapa kiat di
atas, untuk menjaga agar batrai tidak cepat habis juga bisa dilakukan dengan
mengatur beberapa pengaturan di ponsel. Pertama,
kecerahan normal. Selain merusak mata, layar ponsel yang terlalu cerah juga
bisa menguras batrai dan membuat perangkat menjadi panas. Untuk dalam ruangan,
pemakaian kecerahan 20 % dirasa sudah cukup, lalu bisa disesuaikan ketika
berada diluar ruangan.
Kedua,
Atur layar kunci. Di setelan layar kunci terdapat setelan “tidur” yaitu waktu untuk
ponsel untuk tidur secara otomatis. Ada beberapa pilihan seperti 15 detik, 30
detik, 1 menit, 2 menit, atau pilihan jangan pernah. Jika kita memilih 15
detik, maka ponsel akan tertidur otomatis setelah ponsel tidak digunakan selama
15 detik. Ada baiknya menghindari opsi “jangan pernah” karena itu artinya layar
ponsel akan tetap menyala sepanjang waktu. Ini jelas akan membuat batrai cepat
habis dan panas. Lambat laun kebiasaan ini akan merusak performa batrai.
Ketiga, GPS atau layanan Lokasi. Ada baiknya
GPS dimatikan ketika tidak digunakan, karena GPS membutuhkan lebih banyak daya.
Terkadang kita lupa menutup GPS kembali, akibatnya batrai akan cepat habis
sehingga kita harus mencharge kembali.
Baterai adalah nyawa untuk
ponsel itu sendiri, sehingga sangat penting untuk menjaganya agar tetap bisa
menyuplai asupan energi beragam sistem di ponsel. Wajar jika memang umurnya
sudah tua, kita butuh batrai baru. Biasanya, batrai ponsel bisa bertahan hingga
5 tahun. Namun, yang sering terjadi, batrai rusak terlalu dini alias belum lama
sejak kita membelinya. Kita sudah mengisi full 100 % tapi belum ada 15 menit
sudah habis. Belum ada 6 bulan batrai sudah soak dan kita perlu membawa charge
kemana-mana. Yah, agak menjengkelkan. Kualitas batrai jelek bisa menjadi salah
satu alasan terbesar kenapa batrai baru sudah gampang habis atau menggembung.
Meski begitu, alasan lain yang juga bisa membuat batrai cepat habis adalah dari
kebiasaan-kebiasaan tidak ramah batrai yang kita lakukan namun tidak kita
sadari.
Seperti yang kita lihat, kebanyakan
smartphone saat ini menggunakan batrai tanam alias non-removable. Ini disebabkan karena batrai tanam mendukung tampilan
yang minimalis untuk design ponsel
dan juga untuk mencegah berbagai kerusakan akibat terus menerus mencopot-pasang
batrai. Hanya saja, saat batrai mengalami kerusakan seperti menggembung ,
batrai cepat habis, atau bahkan hanya bisa digunakan saat dicharge, maka kita
akan ribet untuk memperbaikinya. Jika dibatrai removable alias bisa lepas-pasang, kita bisa dengan mudah mencopot
batrai yang rusak dan menggantinya. Tetapi di batrai tanam, kita tidak hanya
perlu membeli batrai baru tetapi juga perlu ke tempat service hp karena hanya
ahlinya yang bisa mencopot dan mengganti batrai tanam. Ini tentu membutuhkan
biya lebih banyak dan agak ribet tentunya. Untuk itu, sebelum batrai ponsel
kita bermasalah terlalu dini, maka beberapa upaya berikut bisa kita lakukan.
Gunakan
Charger yang asli
Saat membeli sebuah ponsel
baru biasanya akan disertakan dengan asesorisnya termasuk charge. Nah, ini
adalah charge asli yang cocok digunakan untuk ponsel tersebut. Hanya saja,
karena alasan tertentu, charger ini bisa saja rusak atau hilang, jadi kita
membeli charge baru atau ada juga yang menggunakan charger lain.
Sebisa mungkin usahakan
untuk membeli charge aslinya, karena menggunakan merk lain, tanpa merek, atau
bahkan charge kw belum tentu bisa cocok untuk mengisi batrai di ponsel kita.
Meskipun kadang kita bisa mendapatkan yang pas dengan ponsel kita, namun
kebanyakan banyak yang tidak cocok. Jadi, inti sebenarnya adalah menghindari
charge yang tidak cocok dengan ponsel kita. Adapun tanda charge tidak cocok
adalah hp menjadi panas saat di cas, pengisian daya yang sangat lama, dan
batrai cepat habis saat digunakan. Jika charge ini tetap dipakai, maka
resikonya tidak hanya merusak kesehatan batrai, tetapi juga bisa merusak ponsel
itu sendiri. Tidak jarang hp meledak karena overheating.
Hindari
Batrai LowBat 0 %
Dulu ada anggapan bahwa
kita harus mengecas ketika batrai benar-benar sudah habis. Saat itu kebanyakan
batrai ponsel masih bertipe Ni-Cd atau Ni-mh dimana memang kita lebih baik menghabiskan
isi batrai terlebih dahulu sebelum di cas lagi. Namun, sekarang, kebanyakan
ponsel menggunakan batrai tipe Lithium-ion yang mampu mengisi daya dengan cepat
dan bertahan lebih lama. Kita juga tidak perlu mengosongkan daya sepenuhnya
sebelum mengisi daya lagi.
Saat kita mengisi daya
saat ponsel mati total atau 0 %, maka batrai bekerja lebih ekstra dibanding
batrai yang diisi diatas 20 %. Batrai
beroperasi dengan tegangan lebih tinggi, panas, dan lama sehingga bisa
mengurangi performa dan usia batrai. Sementara, tegangan tetap konstan dan
rendah disaat kita mengisi daya di kisaran 20 hingga 50 %.
Sejatinya, kita
mendapatkan notifikasi pengisian daya saat batrai sekitar 20%. Ini ternyata
bukan tanpa maksud karena seperti yang disebutkan sebelumya, mengisi daya di
kondisi tersebut bisa meningkatkan daya tahan batrai. Namun kita kadang terlalu
malas untuk mengecas atau mungkin memang tidak peduli sehingga akhirnya batrai
benar-benar habis.
Hindari
Mengisi Daya terlalu lama/OverCharging
Kebiasaan yang sering kita
lakukan adalah mengecas hp sebelum tidur sampai pagi hari agar begitu bangun
batrai sudah terisi penuh 100 %. Lalu, apakah kebiasaan ini bisa mempengaruhi
kesehatan batrai? Sebenarnya mengecas hp semalaman tidak begitu berpengaruh
besar pada kesehatan batrai, karena saat ini smartphone kebanyakan dilengkapi
dengan chip yang memutus daya secara otomatis jika batrai sudah penuh. Kebiasaan
ini cukup membuat batrai rusak untuk jenis ponsel yang tidak memiliki chip ini,
biasanya ponsel jadul atau keluaran lama. Tidak hanya performanya yang
berkurang, mengecas semalaman bisa membuat batrai menjadi menggembung, terlalu
panas, atau konslet.
Meskipun ponsel kamu bisa
memutuskan daya secara otomatis, namun tetap saja kebiasaan mengecas semalaman
tidak disarankan dilakukan terlalu sering karena batrai tipe Lithium-ion cendrung
lebih awet jika di cas hingga 80 hingga 90 %.Voltase atau tegangan tetap rendah
jika di cas tidak sampai penuh sehingga batrai terhindar dari tegangan tinggi
yang berdampak buruk pada batrai. Selain itu, kita tidak pernah tau apakah
disaat kita tertidur ponsel dalam kondisi panas atau charger yang konslet.
Jadi, ada baiknya untuk mengurangi kebiasaan ini jika tidak terlalu penting.
Hindari Suhu Ekstrem
Suhu ekstrem, baik itu
panas maupun dingin sama-sama memiliki efek buruk bagi batrai ponsel. Suhu
panas adalah musuh bagi batrai Lithium-ion dimana batrai bisa mati atau bahkan
meledak jika terlalu panas. Karena itu, ada baiknya hindari menaruh ponsel di
sauna, bawah bantal, maupun di tempat panas lainnya. Begitu juga dengan suhu
dingin. Suhu terlalu dingin bisa membuat aliran elektron atau partikel kimia
dalam batrai menjadi lambat sehingga aliran listrik yang dialirkan ke ponsel
menjadi sedikit. jadi tidak heran jika batrai tiba-tiba habis ketika berada di suhu
dingin, namun saat berada di suhu normal batrai akan kembali ke semula secara
perlahan. Menurut Hanumant Singh, seorang insinyur listrik di Northeastern
University bahwa perangkat bisa mati dalam waktu sekitar 5 menit ketika terkena
suhu lebih dingin dari -35 derajat Fahreinheit.
Atur
Pengaturan di Ponsel
Selain beberapa kiat di
atas, untuk menjaga agar batrai tidak cepat habis juga bisa dilakukan dengan
mengatur beberapa pengaturan di ponsel.
Pertama,
kecerahan normal. Kita bisa dengan bebas mengatur tingkat kecerahan layar
ponsel. Namun, ada baiknya layar ponsel tidak terlalu cerah. Selain merusak
mata, layar ponsel yang terlalu cerah juga bisa menguras batrai dan membuat
perangkat menjadi panas. Untuk dalam ruangan, pemakaian kecerahan 20 % dirasa
sudah cukup, lalu bisa disesuaikan ketika berada diluar ruangan.
Kedua,
Atur layar kunci. Di setelan layar kunci terdapat setelan “tidur” yaitu waktu untuk
ponsel untuk tidur secara otomatis. Ada beberapa pilihan seperti 15 detik, 30
detik, 1 menit, 2 menit, atau pilihan jangan pernah. Jika kita memilih 15
detik, maka ponsel akan tertidur otomatis setelah ponsel tidak digunakan selama
15 detik. Ada baiknya menghindari opsi “jangan pernah” karena itu artinya layar
ponsel akan tetap menyala sepanjang waktu. Ini jelas akan membuat batrai cepat
habis dan panas. Lambat laun kebiasaan ini akan merusak performa batrai.
Ketiga, GPS atau layanan Lokasi. Ada baiknya
GPS dimatikan ketika tidak digunakan, karena GPS membutuhkan lebih banyak daya.
Terkadang kita lupa menutup GPS kembali, akibatnya batrai akan cepat habis
sehingga kita harus mencharge kembali.
EmoticonEmoticon